Ida Royani dan Karya Busana Muslim Ulos Batak
ilustrasi/tempo |
Ida Royani rupanya bukan kali pertama menggarap kain ulos. Tetapi sudah lima tahun terakhir dia jatuh cinta dengan kain tersebut. Selama 12 tahun dirinya sudah sangat piawai mengolah hasil karya dari tenun Nusa Tenggara Timur. Tetapi belakangan, dia merasa ulos juga memiliki banyak potensi yang bisa lebih dikembangkan.
"Akhirnya kok NTT melulu sih. Akhirnya saya mulai desain dengan kain Batak 5 tahun lalu. Show besar kebetulan tahun kemarin di IFW sudah keluarkan edisi Toba," kata Ida Royani dalam konferensi pers di Jakarta Convention Center, Rabu (28/3).
Semula, kata dia, pasti masyarakat berpikir kain ulos khas Toba terkesan kasar. Namun, ketika diolah dengan teknik tertentu, ulos semakin banyak dijadikan tren fashion.
"Kain ini benar-benar punya unsur etnik. Sekarang para perajin mulai banyak kebanjiran pesanan. Tinggal padu padannya saja," jelas ibu dari perancang busana muda, Jenahara.
Pada 5 tahun lalu, dia menggunakan motif ulos Batak dengan cara cetakan atau print. Tapi, akhirnya ia menemukan rekanan desainer asal Medan yang sangat mengerti seluk-beluk kain ulos.
"Saya bilang saat itu, kamu punya enggak tenun yang baru. Soalnya ini saya mau potong-potong. Karena dulu penenunnya cuma sedikit, sekarang sudah makin banyak," jelasnya.
Maka dengan kerja sama tersebut, di IFW 2018 kali ini, Ida Royani menampilkan koleksi tenun ulos yang tidak dipotong-potong. Hampir 100 persen di ajang bergengsi kali ini, dirinya menggunakan kain etnik asli dan kuno.
"90 persen kainnya enggak dipotong-potong dipakai oleh para model. Sehingga sayang kan kalau kain nusantara harus dipotong. Maka saya bisa mengakali agar tetap tampak menawan," tutup Ida. (sumber)
Tidak ada komentar
Posting Komentar