Melihat Bisnis Batubara Toba Bara Sejahtera
ilustrasi |
Sepanjang semester I-2018, Toba Bara sudah memproduksi 2,5 juta ton batubara. Di semester kedua tahun ini, mereka harus mengejar produksi batubara sebesar 2,5 juta ton-3,5 juta ton.
Toba Bara sejatinya tak hanya mencicipi pendapatan dari sektor pertambangan batubara. Perusahaan yang nangkring dengan kode saham TOBA di Bursa Efek Indonesia tersebut juga menjalankan bisnis perkebunan berupa penjualan tandan buah segar, palm kernel dan minyak kelapa sawit. Ada pula bisnis pembangkit listrik.
Namun, dominasi bisnis tambang batubara memang belum tergantikan. Selama Januari hingga Juni 2018 misalnya, Toba Bara mengantongi total pendapatan batubara sebesar US$ 179,99 juta. Jumlah tersebut setara dengan 96,10% terhadap total pendapatan.
Adapun pasar utama batubara Toba Bara adalah konsumen luar negeri. Kalau dihitung, penjualan ekspor batubara mengambil porsi 96,48% terhadap total pendapatan. Barulah 3,52% kontribusi pendapatan batubara dari pasar domestik.
Kenaikan pendapatan batubara Toba Bara selama paruh pertama tahun ini juga tak terlepas dari dukungan enam pelanggan besar. Nilai transaksi penjualan dengan keenam pelanggan tersebut berkontribusi hingga 73% terhadap total pendapatan di sepanjang semester I 2018.
Dua pelanggan dengan kontribusi terbesar adalah TNB Fuel Services dan Taiwan Power Company. Sementara empat pelanggan besar lain meliputi Avra Commodities Pte., Ltd., Vitol Pte., Ltd., KCH Energy Co., Ltd. dan Glencore International AG.
Selain permintaan batubara yang masih tinggi, manajemen Toba Bara mengaku kenaikan average selling price (ASP) atau harga jual rata-rata batubara turut menopang capaian kinerja. Hanya, mereka tak secara spesifik menyebutkan harga jual batubara kepada para pelanggan.
Tak hanya mengandalkan berkah kenaikan permintaan dan kenaikan harga, Toba Bara juga berikhtiar untuk memenuhi target yang sudah dicanangkan. "Kami selalu berupaya untuk melakukan efesiensi biaya, diversifikasi pasar, serta mine plan (rencana penambangan) yang terjaga," tutur Pandu Patria Sjahrir, Direktur PT Toba Bara Bara Sejahtra Tbk.
Sambil mengatur strategi, Toba Bara melanjutkan rencana pengembangan proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Sulbagut 1 dan PLTU Sulut 3 yang masing berkapasitas 2x50 megawatt (MW). Karena pembabasan lahan PLTU Sulbagut 1 sudah tuntas, proyek tersebut masuk tahap kontruksi. Target penyelesaian proyeknya pada tahun 2020.
Sementara pembebasan lahan proyek PLTU Sulut 3 saat ini mencapai 80%-90%. Toba Bara menargetkan proyek tersebut bisa masuk tahap finacial close atau mendapatkan kepastian pendanaan pada awal tahun 2019 mendatang. Asal tahu, perjanjian jual-beli listrik proyek itu dengan PLN terjadi pada April 2017 lalu.
Di semester I 2018, Toba Bara sudah memakai dana belanja modal atau capital expenditure (capex) US$ 5 juta. Tahun ini 80%-90% capex mereka alokasikan untuk membangun proyek listrik. (sumber)
Tidak ada komentar
Posting Komentar